“Setiap karya
sastra yang terbit,
kalau memang
bagus, ya, sudah, bagus saja,
tidak perlu
menyangkutpautkan itu terbit
gara-gara berasal
dari belahan bumi yang mana”
Barangkali
pernyataan aneh saya di atas dapat mewakili keresahan saya terhadap kawan-kawan
penyair maupun pengarang lainnya yang mungkin mengalami kekecewaan terhadap dunia
penerbitan, sehingga orientasinya malah berubah haluan mengotak-ngotakkan karya
sastra sesuai dengan daerah asal penulisnya.
Sehingga
kemudian fokusnya malah bukan pada karya yang dihasilkan, malah beralih pada para
penerbit yang terkesan berpihak pada satu sisi (karya-karya penulis dari daerah
tertentu) yang menjual untuk diterbitkan, juga kemudian terkesan bahwa mereka
(para penerbit) tak menjamah karya-karya dari penulis lainnya. Menyangkut
perihal ini, saya hendak sedikit mengutip pernyataan sang maestro Sutardji
Calzoum Bachri.
Beliau pernah
mengatakan hal berikut:
“Menjadi penyair
ialah dengan menulis sajak. Cukup!
Sikap mengemis agar
sajak bisa dimuat
adalah suatu
sikap yang harus disingkirkan oleh penyair.”
Jadi dari
kutipan di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa kedudukan karya seorang penyair
maupun penulis lainya sangatlah tinggi baik itu terbit maupun tidak, dan sudah
semestinya yang demikian itu berlaku. Maka menurut hemat saya, jenis-jenis karya penulisan yang lain juga
seharusnya merujuk pada kutipan itu, terkecuali jenis karya tulis yang
membutuhkan informasi-informasi yang aktual dan terbit sesegera mungkin.
Lalu kemudian
timbul pertanyaan-pertanyaan kenapa dunia penerbitan itu begitu kejam?
Wajar saja,
logika yang dipakai pun juga sangat jauh berbeda, logika yang digunakan oleh mereka
kaum penerbit adalah logika jualan, sedangkan kita mengunakan logika bahwa
setiap naskah harus diterbitkan, baik ataupun buruk. Namun tetap saja kita
harus merujuk lagi kepada hal yang paling mendasar yaitu perihal untung dan
rugi, pula banyak kehidupan yang bergantung mata pencahariannya pada bidang
yang satu ini.
Kita pun harus
sadar bahwa sebelum terjun ke sini, dunia penulisan sejatinya adalah dunia yang
kejam; kejam akan kenyataan; kejam akan ketidakpastian; kejam dengan harapan;
kejam dengan segala kedengkian. Apabila karya kalian kurang bagus seperti halnya
karya-karya saya, alangkah bijak jika kalian tidak terlalu berkoar-koar perihal
dunia penerbitan ini, lantaran pihak penerbit juga harus mempertimbangkan anak-anak
karyawan mereka makan apa esok hari, pun jika mereka terpaksa juga menerbitkan
karya kalian yang kurang bagus itu, katakanlah seribu eksemplar secara cuma-cuma,
bayangkan saja betapa kerugian yang akan mereka terima.
Terakhir, saya
hendak berpesan kepada diri saya sendiri, bahwa di dalam dunia kepenulisan kau
harus senantiasa mengapresiasi karya-karya penulis lainnya, janganlah
sekali-kali berpikir bahwa dunia kepenulisan ini adalah dunia persaingan; dunia
perlombaan, yang kemudian juaranya patut diagung-agungkan. Ingatlah! Di mata
sastra dunia, karyamu tak seberapa!
0 komentar: