About Us! - Peranan besar para ulama dan santri
dalam menjaga Negara Kesatuan republik Indonesia pada masa perjuangan
kemerdekaan sudah menjadi bagian penting dalam serjarah perjalanan bangsa kita.
Hal tersebut juga pernah
dikemukakan oleh bapak Joko Widodo selaku Presiden republik Indonesia yang
masih menjabat, saat ia menghadiri acara Apel Akbar Santri Nusantara dalam Hari
Santri Nasional 2018 di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah. Ia mengatakan
bahwa ada peran besar para kiai dan para santri dalam menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, “Saya sangat paham dengan sikap
kebangsaan para kiai dan santri saat dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit.
Kiai dan santri selalu meletakkan kepentingan bangsa dan negara sebagai yang
pertama sesuai dengan tradisi kesantrian,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa bangsa Indonesia
sangat bersyukur dengan adanya tradisi kesantrian yang menjunjung tinggi nilai
kehormatan dan juga nilai penhargaan antar sesama manusia, yang menjunjung
prinsip “ hablum minallah wa hablum
minannas” yang memaknai cinta Tanah Air. “Saya tahu tidak sulit untuk
mencintai agamanya, dan sekaligus negaranya, bangsanya. Mencintai agama dan
bangsa itu, dilakukan secara bersama,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut
Presiden meminta untuk menjaga kerukunan, persatuan dan persaudaraan. “Saya
selalu sampaikan marilah kita jaga bersama-sama ukhuwah islamiyah kita. Marilah
kita jaga bersama-sama ukhuwah Wathoniyah kita agar persatuan persaudaraan
kerukunan tetap ada di bumi NKRI,” ujarnya pada kesempatan itu, didepan 50 ribu
santri dari berbagai daerah di Indonesia.
Menurutnya, penetapan hari
santri dimaksudkan untuk meneladani semangat jihad keindonesiaan yang digelorakan
oleh para ulama terdahulu.
Beliau menetapkan secara
resmi tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan itu dilakukan
di Masjid Istiqlal Jakarta, pada hari Kamis tanggal 22 Oktober tahun 2015 lalu.
Namun, mengapa hari itu diperingati pada tanggal 22 Oktober?
Nah, tanggal 22 Oktober ini
merujuk pada satu peristiwa bersejarah pada tanggal 22 Oktober 1945 yakni
seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari. Seruan ini
berisikan perintah kepada seluruh umat Islam untuk berjihad melawan tentara
Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi
Kemerdekaan. tentara sekutu itu maksudnya pasukan Belanda yang ingin menjajah
sekali lagi tanah indonesia dan Inggis yang ingin mengambil alih tanah jajahan
Jepang setelah mereka memenangkan Perang Dunia ke-II. Dengan didukung oleh
beberapa ulama yang lain, seperti K.H. A. Wahab Chasbullah (Jombang), K.H.
Bisri Syamsuri (Jombang), K.H. M. Dahlan (Surabaya), K.H. Tohir Bakri
(Surabaya), K.H. Ridwan Abdullah, K.H. Sahal Mansur, K.H. Abdul Djalil (Kudus),
K.H. M. Ilyas (Pekalongan), K.H. Abdul Halim Siddiq (Jember), dan KH Saifudin
Zuhri (Jakarta). Maka keluarlah seruan itu, seruan tersebut kemudian dikenal
dengan “Resolusi Jihad”, yang akhirnya membakar semangat seluruh umat Islam untuk
melawan penjajahan tersebut di sejumlah daerah, puncaknya di Surabaya pada 10
November 1945. Bersama para ulama tersebut, KH Hasyim Asy’ari terus memperkuat
fatwa Resolusi Jihad dan menggerakkan kaum santri dari berbagai daerah termasuk
dari Cirebon Jawa Barat untuk berjuang ke Surabaya melalui barisan paramiliter
Hizbullah, Sabilillah dan Mujahidin.
“Para santri selalu ingat
untuk berjihad untuk bangsa, untuk Tanah Air dan tumpah darah Indonesia kita
tercinta. Untuk itu, dengan seluruh pertimbangan, pemerintah menetapkan 22
Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” kata Jokowi di Masjid Istiqlal Jakarta,
kala itu.
Menurutnya, sejarah peruangan
para santri inilah menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan 22 Oktober
sebagai Hari Santri. Selain K.H. Hasyim Asy’ari yang juga dikenal dengan
sebutan “Sang Kiai” atau Hadratus Syaikh, Presiden juga tidak lupa
mengapresiasi sejumlah ulama yang memiliki peran penting dalam menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia lainnya, seperti K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah),
A. Hassan (Persis), Ahmad Syurkati (Al-Irsyad) dan Mas Abdul Rahman (Mathla’ul
Anwar).
Maka, Point yang terpenting dalam
catatan searah yang singkat ini, adalah bahwa penetapan Hari Santri Nasional
merupakan pengakuan resmi pemerintah Indonesia atas peranan besar umat Islam
dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan ketetapan Ini
sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional lainnya, terutama yang
ditulis pada masa Orde Baru, yang tidak menyebutkan tentang peranan para santri
dan juga ulama.
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya
kepada kita.
Baca Juga :
Yakin kamu nggak mau jadi penulis? Mungkin 3 alasan ini bisa mengubah pola pikirmu untuk segera mengambil pulpenmu dan mulai menulis
Yuk! Bareng-bareng kita ngulik Cita Rasa Mie Geurutee dan keindahan alamnya!
Apa jadinya sih kalau kita berlebihan dalam bercanda? Ini dia hal yang perlu kamu hindari Ketika bercanda bersama temanmu.
Yakin kamu nggak mau jadi penulis? Mungkin 3 alasan ini bisa mengubah pola pikirmu untuk segera mengambil pulpenmu dan mulai menulis
Yuk! Bareng-bareng kita ngulik Cita Rasa Mie Geurutee dan keindahan alamnya!
Apa jadinya sih kalau kita berlebihan dalam bercanda? Ini dia hal yang perlu kamu hindari Ketika bercanda bersama temanmu.
0 komentar: