Darsinah ditanyai perihal sajaknya yang tak pernah diumbar lagi, ia kembali dicaci, bahkan setelah setahun ia menahan diri.
Rasanya Darsinah ingin segera mati, setelah dia terumbar buaian janji para bupala tinggi yang tersulut dengki, terlarut ia dalam amarah dan juga buaian yang berapi-api.
Dia merangkai beberapa koma, namun setelah beberapa titik ia berhenti, kemudian setelah sajaknya tersusun rapi, barulah ia berani unjuk diri.
Tapi Darsinah tak lagi berani mengumbar seyumnya diawal pagi, karena mau bagaimanapun, tetap saja para tetangga tau apa telah ia lakukan selama ini.
Ya, menghardik dirinya sendiri, memilih menutup mulut, di bandingkan harus berdebat dengan mereka yang enggan mengakui.
•••
0 komentar: