Menjadi telat barangkali adalah passion yang sekarang saya geluti, kenapa jadi passion? Karena belum ada orang dalam sejarah kehidupan yang bercita-cita menjadi orang yang telat.
Tapi berbicara masalah telat, kebanyakan orang mengatakan bahwa telat itu seperti penyakit yang harus segera disembuhkan, pula banyak orang yang membenci telat dan mengaitkannya dengan ketidakdisiplinan seseorang.
Tapi persepsi yang demikian seharusnya segera dipisahkan dari kehidupan kita, karena telat pun di beberapa wilayah sudah menjadi budaya tersendiri bagi para warganya, seperti di wilayah Brazil misalnya, ketika ada salah satu orang yang ingin mengadakan acara, acara yang akan diadakan katakanlah pada jam tujuh malam, maka itu maksudnya acara akan diadakan beberapa jam setelah jam tujuh tersebut.
Terus, bagaimana jika budaya telat tersebut diresmikan di negara kita? Maka rasanya kita belum dapat merapkannya di masyarakat kita, yang secara tidak langsung sudah menjalankan budaya telat namun tidak secara resmi.
Bukankah dengan menerapkan budaya telat kita akan lebih terhindar dari telat itu sendiri? Mungkin jawabannya tidak, karena budaya kita bukanlah menjadi telat melainkan membantah peraturan, kita seringkali membantah peraturan apa pun itu, dibilang jangan merokok di tempat tertutup yang banayk orang, kita malah menghalalkan segala cara untuk merokok.
Dilarang membuang sampah sembarangan, kita malah membuangnya di tempat yang ada tandanya, atau jika kita tidak membuangnya di tanda yang tertera, tapi tetap saja orang yang ngeyel tetap ingin membuang sampah di samping tempat tersebut.
Entah apa yang terbesit di kepala kita sekarang ini? Kita sudah terlalu sering mengabaikan peraturan yang ada, atau mungkin itu juga karena peraturan yang dibuat semena-mena.
•••
0 komentar: