Nama saya Robi Aulia Abdi, dan saya itu mahasiswa, maba (mahasiswa baru ke kampus lagi), nggak-nggak lebih tepatnya saya itu mahasiswa abadi, kurang abadi apalagi coba, tujuh tahun saya jadi mahasiswa, dan jadi mahasiswa yang sudah masuk tujuh tahun itu ibarat kita punya teman, terus mereka semua sudah pada nikah, terus punya anak, dan anaknya sudah bisa ngomong dan nanya “om, kapan wisuda?”
Tapi setidaknya saya bangga menjadi mahasiswa yang tujuh tahun, karena banyak manfaatnya, gara-gara itu saya jadi bisa merasakan bagaimana perubahan kepemimpinan rector, bagaimana perbandingannya yang korup sama yang tidak, juga saya bisa ikut merasakan pembangunan wc baru di kampus saya.
Saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya pergantian pembimbing skripsi, gara-gara pembimbing yang lama meninggal, ya, memang beliau sudah terlalu uzur juga sih, kena banyak penyakit terus koit.
Tapi jujur saya sebenarnya sedikit malu harus menjadi mahasiswa abadi, malu sama diri sendiri, malu sama umur, apalagi tetangga, yang pagi-pagi selalu nanya, “ udah jadi dosen lo ya tong? Saban hari ngampus aja kerjaan lo.”
Apalagi kalau gue nongkrong bareng ibu-ibu komplek, beuh, mulut mereka nggak bisa direm, sekali berhenti cuma buat nafas, terus lanjut ghibah lagi.
Di masa-masa akhir kuliah itu rasanya terlalu membebani pikiran, belum lagi dengan tugas akhir, ngulang mata kuliah, di mana kadang-kadang yang ngajarnya teman sekelas pas semester pertama, belum lagi dengan masalah si dia yang negebet ingin di pinang, tapi apa hendak dikata, yang namanya pilihan harus tetap dipertanggungjawabkan.
•••
0 komentar: