⠀⠀⠀Beberapa waktu yang lalu, ada yang bertanya kepada saya, "Apakah untuk menulis sebuah puisi kita harus mempelajari semua teori dan teknik penulisannya, bukankah puisi itu boleh ditulis sebebas mungkin?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Membaca pertanyaan ini, saya jadi mengingat lagi sebuah kredo dari pak Sutardji Calzoum Bachri, yang mengatakan bahwa kata-kata itu bukanlah sebatas alat untuk mengantarkan pengertian, ia tak berlaku seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri, dan ia mesti bebas. Sebab, bila kata-kata telah dibebaskan, maka kreativitas pun dimungkinkan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Ya, meskipun pada penerapannya, kredo tersebut hanya diperuntukkan khusus bagi salah satu karya beliau, tapi agaknya kredo tersebut juga sudah banyak dianut oleh para penyair muda sekarang ini, yang hari ke hari semakin memberikan warna dan menciptakan batasan baru di dalam dunia perpuisian tanah air.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Lalu apakah teori dan teknik penulisan segala macam itu adalah hal yang mesti diutamakan ketika kita hendak menulis?
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Saya pribadi memandang teori dan teknik penulisan (terkhususnya puisi) ini sebagai amunisi ketika hendak menciptakan karya, keduanya dapat dikatakan sebagai pengetahuan fundamental yang mesti dimiliki oleh penulis mana pun.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Tapi bagaimana jika teori dan teknik penulisan itu hanya akan menghambat kita untuk berinovasi dalam tulisan-tulisan kita?
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Ya, memang ada benarnya, jika kita ingin berinovasi dalam karya-karya kita, maka kita harus membebaskan pikiran kita dari segala hal yang membebaninya. Menyinggung hal ini, saya jadi mengingat lagi kutipan dari sebuah film yang saya tonton beberapa waktu silam, "When you write something, you have to write it with your heart, and then you rewrite it with your head."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Maksudnya adalah ketika kita hendak memulai sebuah tulisan, maka kita harus menuliskannya dengan mencurahkan segenap perasaan kita. Singkirkan segala macam hal yang menghambat imajinasi, dan buang jauh-jauh keinginan untuk mengedit tulisan yang sedang kita garap. Biarkan hati yang terlebih dahulu menggerakkan pena kita, baru setelah tulisan kita rampung, kita mesti mengerahkan segala pengetahuan yang kita miliki tentang teori dan teknik penulisan untuk menyunting karya-karya kita.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Dalam hal ini kita tak harus benar-benar menyampingkan teori dan teknik penulisan tersebut, apalagi jika kita masih tergolong sebagai pemula, tentu kita harus menaati segala pakem yang berlaku, supaya karya-karya kita lebih mudah diterima oleh khalayak.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Teori dan teknik penulisan itu sejatinya ada sebagai pelengkap tulisan kita. Semisal kita ingin membuat sebuah kursi, tentu kita memerlukan berbagai macam perkakas dan bahan baku agar kursi yang kita buat tidak mudah rusak.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Nah, menulis juga seperti itu, kita juga memerlukan perkakas agar tulisan kita semakin berkembang dari waktu ke waktu, sebab rasa-rasanya memang takada satu pun penulis yang ingin tulisannya menetap di ruang ucap yang sama.
0 komentar: