Beberapa waktu yang lalu, saya mendapati seorang pembaca yang iseng bertanya ─di Instagram saya─ tentang bagaimana cara menulis puisi yang menggugah. Saya sebenarnya tak berani menjawab pertanyaan semacam ini, lantaran saya merasa jika itu masih berada jauh di luar pemahaman saya sebagai seorang pemula. Pengetahuan saya akan dunia perpuisian bisa dikatakan amatlah dangkal, dan rasa-rasanya saya ini juga masih keduluan puluhan tahun untuk bersinggungan dengan hal sesakral puisi.
Dalam sesi tanya-jawab tersebut, si pembaca itu meminta agar sudi kiranya saya untuk memberikan satu atau dua saran dalam membuat puisi yang menggugah. Saya sebenarnya juga bingung, pengertian puisi yang menggugah itu bagaimana?
Jika yang dimaksud puisi yang menggugah itu adalah puisi yang menyentuh hati, atau puisi-puisi yang menimbulkan emosi dan gejolak tertentu di dalam sanubari, maka sudah barang tentu, bukanlah saya orang yang tepat untuk menjawab persoalan yang demikian, sebab di luar sana masih banyak para penulis/penyair yang lebih pakar akan teori-teori seperti yang satu ini.
Tapi, sependek-pendeknya pengetahuan saya tentang cara menulis puisi yang menggugah, saya juga sebenarnya ingin memberikan satu atau dua saran yang mungkin saja bisa sedikit bermanfaat bagi si pembaca yang iseng tersebut, ya, meskipun saya mampunya hanya sebatas beberapa hal berikut:
1. Angkatlah tema yang paling kita kuasai
Nah, sebagai pemula, saya menyarankan agar tema-tema yang dibahas di dalam sajak kita adalah tema-tema yang sekiranya dekat dengan diri sendiri dan pembaca. Hal-hal semacam cinta kasih, kerinduan, pengkhianatan, kekecewaan, patah hati, penyembuhan diri, dan sebagainya. Barangkali adalah persoalan yang saat ini cukup digemari oleh para pembaca yang notabenenya adalah kalangan remaja-dewasa.
Nah, dalam hal ini, para pemula seperti saya juga tidak melulu harus berpaku pada tema yang itu-itu saja, kita juga harus berkreasi dengan tema-tema yang lain di luar personalolitas diri —jika perlu tulis sajak yang avant-garde sekalian— meskipun karya-karya kita akan terkesan khusus (segmented), dan tidak memiliki banyak peminat. Tapi tetap saja, berkreasi adalah sebuah keniscayaan yang mesti diwujudkan oleh penulis/penyair mana pun di dunia.
Adapun tema-tema yang mungkin bisa jadi pilihan untuk digarap oleh pemula antara lain adalah tema religiositas (ketuhanan), lingkungan hidup (ekologisme), politik (protes sosial), cinta kasih (romantisme), dan eksistensialisme (keberadaan manusia).
2. Hayatilah setiap hal yang ingin kita tulis
Karena semua puisi itu tercipta dari hasil penghayatan kita terhadap sesuatu, maka hayatilah apa saja yang ingin kita tulis. Sebab, dengan tanpa adanya penghayatan yang intensif tersebut, sajak-sajak yang kita hasilkan hanya akan terkesan sebagai sebuah gagasan kosong yang tak berarti. Cara yang paling sederhana untuk menghayatinya kita bisa mencoba untuk mengingat-ingat kembali memori dan pengalaman kita yang kira-kira peenah bersinggungan dengan hal yang ingin kita tulis tersebut.
3. Tulislah dengan bahasa yang sederhana
Puisi tidaklah mesti ditulis dengan bahasa yang sukar dipahami, atau dengan kosakata langka yang memaksa pembaca bolak-balik buka kamus. Puisi justru harus ditulis dengan bahasa yang sederhana, tapi kaya akan makna (multi tafsir). Contoh yang paling nyata dari puisi-puisi yang bagus dan sederhana (sepengetahuan saya) adalah karya-karya dari Sapardi Djoko Damono, Subagio Sastrowardoyo, dan Joko Pinurbo.
4. Memaksimalkan penggunaan citraan (gambaran visual)
Hal yang menurut saya paling ampuh dalam menyedot atensi pembaca adalah dengan memaksimalkan penggunaan citraan (gambaran visual) dengan tujuan untuk memperkonkret sajak-sajak yang sedang kita garap. Pembaca mana pun pasti akan kepincut bila mereka membaca sesuatu yang menimbulkan imajinasi (fantasi) yang kaya di dalam benak mereka, seolah-olah mereka sedang mengalami langsung kejadian tersebut. Maka di sinilah peranan penting dari citraan (gambaran visual) dalam membangun suasana dan imajinasi yang kaya supaya pembaca merasa terkoneksi dengan karya-karya kita.
Citraan (gambaran visual), sebagaimana yang kita tahu, dapat berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pencecapan, ataupun gerak. Kita tidaklah mesti menggunakan semua citraan ini sekaligus dalam satu sajak, sebab kita hanya perlu maksimalkan satu atau dua citraan saja sesuai dengan tema-tema yang ingin kita garap.
Nah, mungkin hanya sekian dulu saran dari saya, sebab selebihnya saya pasti akan lebih ngawur lagi, semoga saja catatan singkat ini dapat membantu siapa saja yang ingin mencoba peruntungannya di dunia perpuisian. Selamat mencoba, dan tetap semangat dalam berkarya!
0 komentar: