About Us! - Berbicara tentang kehidupan pesantren, sudah barang tentu kita
membahas tentang sosok kiai dan juga para santri, mereka selalu saja menjadi
tokoh sentral ditengah masyarakat yang menarik untuk dikaji. Apalagi jika kita
membahas tentang sisi humoris mereka, tentu itu sudah menjadi keunikan
tersendiri dalam kehidupan pesantren.
Bagaimana tidak? Pesantren yang merupakan tempat mencari
ilmu, mengabdi, dan juga ladang berkah bagi santri dari kiainya. Disana
seringkali muncul joke-joke, guyonan, dan celatuan-celatuan yang bisa menjadi
hiburan gratis bagi santri maupun kiai di tengah penatnya mencari ilmu.
Joke-joke, guyonan, ataupun celatuan ini, biasanya
dilontarkan oleh para kiai kepada santri-santrinya, ataupun dari santri itu
sendiri, seolah mengalir secara alami dan apa adanya. Dan tak bisa dipungkiri
bahwa fenomena ini akan terus menerus ada dalam kehidupan pesantren.
Lantas darimana sumber humornya tersebut? Mungkin semua itu didapat dari sense of humor
dari setiap individu mereka sendiri yang merupakan bawaan sejak lahir. Tapi
banyak juga yang mengatakan bahwa rasa humor yang tumbuh pada diri seseorang
itu, bersumber dari lingkungan dan juga pergaulannya, ataupun kecintaannya pada
sosok figur yang humoris. Namun menurut saya sisi humoris seseorang itu juga
bisa diakibatkan oleh suatu situasi, kondisi, ataupun kecenderungan untuk
membuat orang lain merasa senang.
Namun disamping itu semua, berikut akan saya jelaskan perihal tipe-tipe humor yang berkembang di kalangan
para santri dalam kehidupan pesantren tersebut.
- Satire
Pertama, humor satire dan sinisme. Humor jenis ini berisi
tentang sindiran ataupun kritik akan akan sesuatu. Tak hanya para Kiai dan juga
para santri, kitapun jika tidak pintar memilah kata untuk jenis humor seperti
ini, bisa-bisa akan menjadi suatu hal yang tak enak untuk didengar atau untuk
ditertawakan. Satire dan sinisme ini didalam kehidupan pesantren hanya terjadi
dari kiai ke santri dan antar santri itu sendiri. Karena memang tak ada santri
yang berani mencoba tipe humor ini ke kiainya, bisa-bisa dia dikeluarkan dari
pondok.
- Plesetan
Kedua, humor plesetan. Kalo tetangga sebelah nyebutnya
imitation and parody. Yang isinya memlesetkan segala sesuatu, baik itu benda
atau hal yang lainnya, yang umum diketahui oleh khalayak. Ia menjadi semacam
alat eskapisme kesumpekan. Yang terobosannya terkadang lewat pintu yang tak
kita duga dan ini cukup mengundang kejutan bagi siapapun yang mendengarnya.
Misalnya istilah ‘ahli hisab’ (pakar hitung ilmu falak) diplesetkan menjadi
perokok.
- Logika
Ketiga, olah logika. Humor bergaya analisis yang satu
ini bisa kita sebut sebagai humor yang
berkelas. Namun, lelucon yang satu ini kadang-kadang hanya termakan oleh
orang-orang tertentu, terutama oleh mereka yang terdidik, jadi sebelum anda
mengeluarkan guyonan-guyonan tipe ini alangkah baiknya jika kita memancingnya
dengan lelucon yang sederhana terlebuh dahulu.
- Seks
Keempat, humor tentang seks. Ya, maknanya seperti yang kita
pikirkan, bukan dalam artian gender atau jenis kelamin, tetapi lebih ke senggama,
onani, ciuman dan sebagainya yang terkadang terlalu vulgar untuk dibahas. Dan
dikarenakan sifatnya yang ringan dan tak perlu diproses dalam waktu yang lama,
maka lelucon ini akan lebih efektif mengundang tawa. Biasanya tipe humor yang
seperti ini muncul akan timbul saat para santri mengakaji kitab fikih pada
bab-bab tertentu.
- Apologisme
Terakhir, apologisme. Tipe humor yang satu ini sebenarnya
bukanlah untuk melucu, tetapi lebih kepada keadaan untuk berlindung di balik sebuah
lelucon. Semacam senjata, ataupun upaya pembenaran, karena ketidakberdayaan
mempertanggungjawabkan lontaran, pernyataan atau perbuatan yang nyatanya tak
memiliki argumen yang cukup kuat. Untuk menetralisirnya, kemudian berkilah,
“Ah, Cuma becanda kok!”
Nah, mungkin kali ini sebegitu saja pembahasan kita tentang
tipe-tipe ataupun karakteristik humor yang beredar dikalangan para santri, yang
sebenarnya masih terlalu banyak untuk dibahas pada kesempatan kali ini, dan
perlu kita ingat bahwa humor itu adalah proses kreatif yang dinamis, dan semua
orang bisa mempelajarinya ataupun menguasainya.
Semoga Allah melimpahkan
rahmatnya kepada kita.
Baca Juga :
Yakin kamu nggak mau jadi penulis? Mungkin 3 alasan ini bisa mengubah pola pikirmu untuk segera mengambil pulpenmu dan mulai menulis
Yuk! Bareng-bareng kita ngulik Cita Rasa Mie Geurutee dan keindahan alamnya!
Apa jadinya sih kalau kita berlebihan dalam bercanda? Ini dia hal yang perlu kamu hindari Ketika bercanda bersama temanmu.
Yakin kamu nggak mau jadi penulis? Mungkin 3 alasan ini bisa mengubah pola pikirmu untuk segera mengambil pulpenmu dan mulai menulis
Yuk! Bareng-bareng kita ngulik Cita Rasa Mie Geurutee dan keindahan alamnya!
Apa jadinya sih kalau kita berlebihan dalam bercanda? Ini dia hal yang perlu kamu hindari Ketika bercanda bersama temanmu.
0 komentar: