Menjadi telat barangkali adalah passion yang sekarang saya geluti, kenapa jadi passion? Karena belum ada orang dalam sejarah kehidupan y...
By Robi Aulia Abdi , October 10, 2019
Menjadi telat barangkali adalah passion yang sekarang saya geluti, kenapa jadi passion? Karena belum ada orang dalam sejarah...
Nama saya Robi Aulia Abdi, dan saya itu mahasiswa, maba (mahasiswa baru ke kampus lagi), nggak-nggak lebih tepatnya saya itu mahasiswa ab...
By Robi Aulia Abdi , October 10, 2019
Nama saya Robi Aulia Abdi, dan saya itu mahasiswa, maba (mahasiswa baru ke kampus lagi), nggak-nggak lebih tepatnya...
This article honestly based on my experienced as a student who have been through 5 semester in the English education department in U...
By Robi Aulia Abdi , September 24, 2019
This article honestly based on my experienced as a student who have been through 5 semester in the...
About Us! – masih bertepatan di kawasan Aceh Barat, menu kuliner yang satu ini tampaknya tidak asing lagi bagi kalangan para penggila se...
By Robi Aulia Abdi , September 05, 2019
About Us! – masih bertepatan di kawasan Aceh Barat, menu kuliner yang satu ini tampaknya tidak asing lagi...
About Us!- Barangkali kita sudah familiar dengan yang namanya Kuphi Khop, atau kopi susunya yang biasa disebut dengan istilah “nen” at...
By Robi Aulia Abdi , September 03, 2019
About Us!- Barangkali kita sudah familiar dengan yang namanya Kuphi Khop, atau kopi susunya yang biasa disebut dengan...
Bucin ( Butala Cinta ) Aku menyemai cinta, namun yang kutuai hanyalah luka. Lalu aku menanam rasa, tapi yang tumbuh hanya...
Bucin ( Butala Cinta )
Aku menyemai cinta,
namun yang kutuai hanyalah luka.
Lalu aku menanam rasa,
tapi yang tumbuh hanya benih bunga derita.
Oh, tuan, mengapa cinta begitu kejam?
Menapa dia selalu membuahkan penderitaan?
•••
Sajak di atas yang saya tulis tiga tahun yang lalu itu memang terkesan identik dengan kata bucin, lebay, alay, dan sebangsanya.
Pun selama beberapa tahun saya menulis menghindari kata-kata yang seperti ini, karena ada yang beranggapan bahwa ini terlalu berlebihan; terlalu menghambakan diri kepada rindu yang tak bertuhan.
Ya, walaupun memang hidup itu tidak melulu soal cinta-cintaan. Tapi bagi saya yang ilmu tulis menulisnya masih sangat-sangat cetek, gara-gara pelabelan ini, kreativitas saya dalam meramu kata menjadi lebih pendek, setiap hari nulisnya cuma tentang pewangi buat gosok ketek, orang yang baca lama kelamaan juga bakalan capek.
Karena mau bagaimanapun bentuknya, karya sastra itu berhak merepresentasikan apa saja, termasuk di sini perasaan cinta penulisnya, pembaca memang berhak menilainya, tapi untuk melabelisasi, menurut saya tidak perlu, karena itu hanya akan menimbulkan sebuah stigma negatif di dalam dunia sastra, yang menjajah kemerdekaan kami para penulis pemula dalam meramu kata.
Mengutip kata orang yang sok bijak di bawah ini,
"Apapun bentuknya, kata tetap kata, ia punya sihir terhadap para pembacanya."
Jadi, rasanya tidak perlu menjustifikasi bahwa setiap karya sastra yang menyinggung soal cinta, di sangkut pautkan dengan label "Bucin" dan sebangsanya, karena dalam berkarya, kita semua MERDEKA.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
•••
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances